Jadi Khatib Sholat Idul Adha di Pandan Buya Syarfi Hutauruk Ajak Umat Tingkatkan Kepedulian Sosial
Kota Pandan – Seribuan umat Islam di Kelurahan Aek Sitio-tio, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah mengikuti sholat Idul Adha di Masjid Muhajirin, Jalan Dangol Lumbantobing, pada Kamis (29/6/2023).
Tingginya animo umat Islam hadir dimasjid tersebut salah satunya dipicu oleh kehadiran Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP PERTI), Buya Drs.H.Muhammad Syarfi Hutauruk, MM.
Buya Syarfi sendiri merupakan mantan Walikota Sibolga periode 2010-2021 sebelum terpilih menjadi Ketua Umum PP PERTI pada MUNAS PERTI tahun 2022 di Jakarta.
Dalam khutbahnya, Buya Syarfi menerangkan secara lugas esensi dari hari raya Qurban yang terilhami oleh kisah besar Nabi Ibrahim AS dan anaknya Nabi Ismail AS.
Berqurban jelas Buya Syarfi adalah momentum meningkatkan kesetiakawanan sosial bagi umat Islam. Daging qurban yang dibagi-bagikan pasca disembelih adalah simbol bahwa harta yang dimiliki oleh siapa pun saat ini cenderung kotor, maka harus disucikan melalui shadaqah, berqurban dan berbagi kasih dengan sesama.
Cara itu menjadi jalan mensucikan harta dan menjadi jalan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
“Sesulit apa pun ekonomi kita, semamgat untuk saling tolong menolong, semangat untuk berkorban untuk kepentingan masyarakat, agama, bangsa dan negara harus kita tumbuhkembangkan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Buya Syarfi.
Masih kata Buya Syarfi. Berqurban tidak selalu tentang harta benda namun juga tentang hati. Bentuk qurban hati ini adalah memiliki empaty sosial yang tinggi terhadap sesama. Tidak bertindak semena-mena, pamer, dzholim meskipun setiap manusia memiliki kemampuan dan fasilitas yang cukup untuk melakukan hal itu.
“Jadilah sosok yang sederhana, meskipun harta melimpah ruah. Jadilah pemimpin yang adil dan mengayomi meskipun jabatan dan kekuasaan setinggi langit,” katanya.
Dalam presfektif kepemimpinan, Buya Syarfi yang merupakan suami dari anggota Komisi VIII DPR RI Hj.Delmeria Sikumbang ini mengajak jamaah untuk menjadikan khalifah Umar Bin Khattab sebagai teladan.
Meskipun dikenal sebagai sahabat nabi yang keras dan tegas, namun Umar bin Khattab berlaku lemah lembut terhadap rakyatnya, tegas kepada orang-orang yang melanggar aturan namun santun kepada rakyatnya.
Umar kata Syarfi kerap menangisi dirinya karena khawatir tidak bisa menjalankan amanan sebagai khalifah dengan baik sebagaimana tuntutan Rasullah Muhammad SAW.
“Belajarlah dari Umar bin Khattab. Penguasa terkuat zaman itu. Ditakuti Persia dan Romawi. Namun, hidupnya sangat sederhana, pemimpin yang tidurnya dibawah pokok pohon kurma. Berlaku adil kepada rakyatnya dan senantiasa berpegang teguh pada aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT,” kisahnya.
Pamungkasnya. Mantan anggota DPR RI sejak tahun 1997 hingga 2009 ini mengajak umat untuk mewariskan lingkungan yang ramah bagi generasi penerus. Sungai, hutan dan lautan dijaga kelestariannya.
“Memanfaatkan sumber daya alam untuk mendapatkan keuntungan tidaklah dilarang. Namun, secara moral sumber daya itu harus dijaga kelestariannya agar dapat memberi manfaat kembali kepada generasi penerus. Jangan menggunakan segala cara untuk meraih keuntungan namun mengorbankan kepentingan orang banyak,” ajaknya,
Potensi sumber daya alam harus di kelola dengan baik. Menggali sumber daya alam seperti tambang, perkebunan diperbolehkan oleh agama dan peraturan perundang-undangan. Namun, dalam pengelolaannya harus memperhatikan azas keberlanjutan dan berkesinambungan.
Demikian juga potensi sumber daya alam kelautan yang harus dijaga ekosistemnya dengan baik. Kepada para nelayan Buya Syarfi berpesan jangan ada, baik pengusaha maupun penguasa yang mengabil jalan pintas untuk menambah kekayaan dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
Alat tangkap tidak ramah lingkungan tersebut dapat merusak biota laut. Penggunaan bom ikan, pukat trawl, pukat harimau selain merusak terumbuh karang juga memutus perkembangbiakan ikan yang mengakibatkan kepunahan.
“Jangan ada segelintir orang baik penguasa maupun pengusaha, yang ingin mendapatkan keuntungan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan bahkan bisa merusak biota laut, dengan cara menggunakan bom ikan, pukat ikan, kapal trawl atau pukat harimau. Hal itu bisa merusak terumbuh karang, tempat ikan bertelur dan berkembang biak,”bebernya.
“Kasihanlah kepada anak cucu kita. Mereka akan mewarisi apa yang kita lakukan dan tinggalkan saat ini,” pungkasnya.
from Sinar Lintas News https://ift.tt/6uHD4sW
Comments
Post a Comment